Kamis, 25 April 2019

THE BEAST
(Oleh Orion)

Manusia hanya melihat apa yang ingin dilihatnya
Itulah kalimat yang membuat Tian merasa terpojok bagai jatuh dari atap gedung yang tinggi. Jawaban dari satu pertanyaan sederhana yang Tian lontarkan untuk sekedar basa-basi. Kalimat yang menariknya kearah gadis itu, teman sekelasnya yang baru Tian sadari keberadaannya setelah enam bulan, Rina.
Banyak orang berkata; latar belakang dan pengalaman hidup yang sama membuat dua orang menjadi lebih mudah berinteraksi karena merasa memiliki suatu kesaaman.
Begitu pula yang dirasakan Tian. Rasa penasaran akan gadis bernama Rina membuatnya terus mendekat seolah ditarik tali tak terlihat, terlebih saat mengetahui bahwa Rina berasal dari keluarga broken home, sama sepertinya.
Perbedaan bagai langit dan bumi menggambarkan keduanya. Sebab dan akibat tidak dapat terhindarkan dalam hidup ini.
Berasal dari keluarga broken home membuat Tian menjadi seorang yang haus akan perhatian, berbeda dengan Rina yang memilih menghindari perhatian. Untuk dapat berbicara pada gadis itu, Tian membutuhkan berbagai argumen. Teruntung Tian juga memiliki kecerdasan walau tidak setara dengan Rina. Jika Tian seorang penyulut yang dapat mengibarkan bendera perang di manapun dan kapanpun, maka Rina adalah seorang peredam yang turut serta membawa kedamaian di manapun dan kapanpun. Perbedaan yang mencolok tersebut membuat beberapa orang berpikir bahwa sifat keduanya tertukar.
Tak ada usaha yang sia-sia.
Keduanya semakin dekat. Akhirnya Tian bisa memanggil Rina teman. Pertemanan yang penuh masalah. Ya, siapa lagi kalau bukan Tian yang membawa masalah? Masalah yang Tian bawa bukanlah perkelahian bagai lelaki biasanya, melainkan setiap kalimat yang keluar dari mulutnyalah yang membawa berjuta masalah. Tian bahkan dikucilkan para lelaki di kelas. “Ucapannya terlalu tinggi sehingga membuat kami merasa tidak nyaman,” begitulah kata mereka saat Rina mencoba menengahi. Rina adalah penyelesai masalah bagi Tian. Tian tidak akan berhenti mengusik Rina hingga Rina membantunya. Jika dipikir secara logis, siapa yang akan merasa nyaman jika kita berbicara dengan orang yang menyombongkan dirinya setiap saat dengan nada dan tatapan meremehkan?
Ada makna dibalik setiap pertemuan.
Rina selalu mempertanyakan arti pertemuannya dengan manusia bernama Tian yang senantiasa mengganggu kedamaian hidupnya. Tian mengusik dan membawa masalah selama tujuh tahun dari dua puluh dua tahun kehidupan Rina sejak mereka saling mengenal. Tian sangat menyadari hal itu, namun Tian tetap meminta Rina untuk bertemu di sela-sela kesibukan kerja mereka, tentu saja untuk membicarakan masalah yang Tian miliki. Bahkan hari itu terik matahari terasa membakar kulit. Namun Tian tetap membuat Rina keluar dari rumahnya hanya untuk membicarakan keburukan lain yang dilakukan ayah tirinya. Rina sudah mengatakan berulang kali bahwa masalah seperti ini dapat dikatakan melalui pesan, jika memang terlalu panjang Tian bisa menggunakan layanan panggilan yang sudah ada sejak lebih dari satu abad yang lalu di dunia ini.
Tian tidak pernah mengindahkan perkataan Rina, bukan karena dia tidak ingin berbicara melalui pesan ataupun melalui panggilan, hanya saja dia ingin melihat wujud dari gadis itu. Kini mereka sibuk dengan pekerjaan, karena itu Tian selalu memaksa Rina untuk bertemu dengannya, walaupun makian yang selalu diterima Tian sebagi balasan atas perbuatannya. Namun Rina selalu datang saat Tian memanggilnya. Tanpa Rina sadari Tian sudah memasuki alam bawah sadarnya, pertanda bahwa kata teman kini telah berubah menjadi sahabat.
Seorang pria dan wanita tidak akan bisa berteman.
Termenung, Tian bertanya pada dirinya sendiri, mengapa dirinya selalu mendatangi Rina untuk setiap masalahnya bahkan hal yang tidak penting sekali pun? mengapa ia selalu ingin melihat wujud sahabatnya untuk melihat apakah Rina baik-baik saja, kini semuanya menjadi jelas. Tian menyadari bahwa dirinya salah mengartikan ketertarikannya pada Rina sejak awal.
Tian mencintai Rina.
Tian bahagia menjadi satu-satunya yang ada samping Rina selama ini. Namun apa yang harus dilakukannya sekarang? Terlebih lagi Tian masih terusik kejadian beberapa bulan lalu. Gadis itu tidak meneteskan setetes air mata pun pada suasana duka yang begitu dalam saat ayahnya berpulang. Hanya adiknya yang menangis tersedu-sedu di ujung ruangan. Namun Rina tidak bereaksi, wajah dan ekspresinya sama seperti biasa. Apa yang salah sebenarnya pada gadis itu? Bahkan setelah tujuh tahun berteman, Tian tidak terlalu tahu dan mengerti tentang Rina. Apa yang gadis itu pikirkan, apa yang gadis itu rasakan. Selama ini hanya Tianlah yang selalu membicarakan dirinya.
Darah Tian memuncak, dia marasa marah. Hari itu Tian menemui Rina di café tempat mereka biasa bertemu. Tian berencana menyatakan perasaanya pada Rina. Senyuman serta kegugupan tidak henti dirasakan Tian. Namun apa yang terjadi sekarang? Senyuman dan kegugupan itu tegantikan amarah, perkataan Rina membakar hatinya. Bukan karena penolakan cinta yang terjadi dalam lima detik, melainkan Rina yang melarangnya ikut campur dalam kehidupan Rina. Seolah pertemanan selama tujuh tahun itu tidak berarti, perkataan yang membuat Tian merasa sama sekali tidak berarti bagi gadis dihadapannya. Tian bangun dari kursinya, membawa serta jaketnya, berlalu begitu saja meninggalkan Rina.
Bukankah tertusuk duri mawar itu menyakitkan?
Tian melarikan diri, menerima pekerjaan di negeri seberang, berpikir bahwa itu mungkin yang terbaik untuknya saat ini. Lihatlah, bahkan Rina tidak datang untuk mengantarkan keberangkatannya. Padahal Tian sudah mengirim pesan satu hari sebelum keberangkatannya pada Rina, berharap Rina akan datang dan menghentikan kepergiannya. Rina akan selalu datang saat Tian memanggilnya datang, walau datang bersama amarah. Namun kali ini Rina tak menampakkan diri hingga kepergiannya.
Rina tidak datang.
Rina melihat langit dibalik jendela. Warna biru cerah itu tertutup awan kelabu, membuat Rina bertanya seberapa tebal awan yang menutupi matahari kali ini. Kosong, tatapan mata gadis itu selalu kosong. Rina melirik jam dinding dan kembali menatap langit. Membiarkan pergi sahabatnya adalah cara Rina melindungi Tian. Rina sepenuhnya menyadari bahwa dirinya memegang sebilah pisau tajam, oleh karenanya Rina memilih menusukkan pisau itu pada dirinya sendiri. Rina menarik satu sudut bibirnya membentuk senyum penuh misteri.
“Akhirnya pengganggu itu pergi,” gumamnya.

---

SIAPA YANG BODOH?

(Halim Muhammad)

EPISODE 3: LIPSTIK
Minggu berikutnya, dosen mata kuliah pemasaran yang selalu menawan dengan lipstik merah mudanya kembali memberi tugas yang sama pada mahasiswa-mahasiswanya dengan alasan agar kemampuan pemasaran mereka lebih terasah. Hal tersebut jelas membuat para mahasiswa uring-uringan karena mereka sudah tahu akan seperti apa nantinya. Lalu setelah kelas bubar, Fransiskus, si langganan nilai A dan B meminta semua mahasiswa di kelas tersebut untuk berembug dan melupakan masalah perbedaan pilihan capres terlebih dahulu. Awalnya cukup banyak yang menolak. Tapi satu persatu dari mereka mulai menyadari bahwa gagasan tersebut adalah untuk mempermudah pekerjaan mereka.
Dalam perembugan tersebut, Fransiskus mengatakan bahwa tugas yang diberikan si dosen cantik itu tidak masuk akal. Maksudnya, masih ada jenis tugas lain yang jauh lebih kreatif dan inovatif ketimbang jadi sales minuman yang harganya tak masuk akal. Misalnya membuat bisnis sendiri, membuat inovasi pada produk yang sudah ada, dan masih banyak lagi. Semua mahasiswa pun berpikir demikian, termasuk Entis.
Patricia, mahasiswa cantik yang hampir menuntut dosen statistik karena diberi nilai C di semester sebelumnya juga turut memaparkan pendapat. Dia memaksa teman-temannya untuk mengingat konsep Marketing Mix yang entah dicetuskan siapa dan dipelajari di semester berapa. Marketing Mix sendiri merupakan inti dari sistem pemasaran yang terdiri dari 4P: product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi).
Patricia pun menjelaskan kembali maksud dari keempat poin tersebut dan menggunakannnya untuk menganalisis jenis pemasaran produk yang ditugaskan si dosen cantik.
Untuk poin pertama, mereka sama sekali tidak menemukan masalah. Karena produk yang harus dipasarkan sudah jelas wujudnya, rasanya, PIRT-nya, logo halalnya dan lain-lainnya. Namun di poin kedua, ketiga dan keempat, mereka baru saja mendapat permasalahan. Mulai dari tidak adanya tempat yang pasti, sistem promosi yang masih teka-teki dan harga yang tak masuk akal, terlalu mahal. Mereka pun sepakat untuk tidak menjual semua produk yang akan dibagikan hari jumat itu dan lebih memilih untuk menyimpannya di lemari pendingin milik Marimar, gadis paling tajir di kelas tersebut yang kebetulan salah satu kulkasnya sedang menganggur.
Ketika Fransiskus hendak menutup diskusi tersebut, tiba-tiba saja Max berdiri dan berteriak, “tunggu!”
Semua mata pun tertuju pada Max, mahasiswa yang mengklaim dirinya sebagai titisan Sherlock Holmes. Lalu Max menjelaskan bahwa beberapa saat lalu ia baru saja menemukan keganjilan. Max iseng mencari nama akun instagram produk tersebut. Dan ia menemukan 5 akun instagram yang menjual produk yang sama. Ia pun membuka dan mengamati akun tersebut satu persatu, sampai ia menemukan hal ganjil pada satu akun yang membuat ia yakin bahwa si dosen cantik itu adalah reseller produk tersebut. Pasalnya, semua unggahan akun tersebut disukai oleh si dosen. Dan yang lebih membuatnya menganga adalah unggahan terakhir akun tersebut, yakni foto setengah wajah seorang wanita dengan produk tersebut di pipi sebelah kiri, bersanding dengan bibir cantik berlipstik merah muda. Dan walaupun si dosen cantik bukan satu-satunya wanita yang gemar memakai lipstik merah muda, tapi Max tetap yakin bahwa itu adalah bibir si dosen cantik. Dari warnanya, ketebalannya dan kerutannya.  Ya, Max jujur sudah dari lama mengikuti akun instagram si dosen cantik karena mengangumi kecantikannya. Adalah sebuah hal yang normal jika ia juga kerap memperhatikan bibir cantik wanita itu.
Ketika hari senin tiba, si dosen cantik dibuat heran karena mahasiswa-mahasiswanya membawa kembali produk yang ia bagikan hari jumat, tak ada satu pun yang terjual. Dan ketika ditanya mengapa, Max yang sebelumnya telah ditunjuk sebagai perwakilan kelas lalu mengangkat tangan dan mulai bersuara. “Maaf, bu. Kami tidak mau jadi reseller-nya reseller,” uajarnya dengan berat hati.
Setelah itu ia menyesal karena kesempatannya untuk mendapatkan cinta si dosen cantik sudah kandas. Sedang si dosen cantik mendadak kikuk dan salah tingkah, lalu pamit meninggalkan kelas dengan alasan ada rapat mendadak.
Minggu berikutnya si dosen cantik tampil berbeda dan membuat semua mahasiswanya bertanya-tanya. Lipstik yang digunakannya tak lagi berwarna merah muda, tapi warna merah darah. Minggu berikutnya lagi ia memakai lipstik berwarna ungu muda. Lalu minggu berikutnya lagi memakai warna nude atau natural. Terus saja begitu sampai seluruh mahasiswanya benar-benar lupa kalau dia bukan reseller yoghurt yang ingin mengeksploitasi anak-anak didiknya.

***


ABOULOMANIA

(oleh Orion)

A atau B?
Apakah kamu termasuk orang yang sulit memilih atau membuat keputusan? Bahkan ketika dihadapkan dengan pilihan yang sangat mudah dan tidak terlalu penting sekali pun? Atau mungkin kamu mengenal seseorang yang seperti itu?
Tidak bisa mengambil keputusan merupakan salah satu tanda dari penderita aboulomania. Aboulomania merupakan penyakit mental yang disebabkan kekacauan mental karena kelemahan akan kemauan atau suatu penyakit kebimbangan dan keragu-raguan.
Dilansir dari medigo.com, penderita aboulomania memiliki gejala berikut: menjauhi kesendirian, menjauhi tanggung jawab pribadi, mudah sakit hati akan kritik dan penolakan, menjadi pasif dalam hubungan, memiliki ketakutan menjadi bebas, kesulitan membuat keputusan tanpa bantuan orang lain, dan kesulitan menyatakan tidak setuju dengan pendapat orang lain.
Walaupun beberapa gejala diatas terdapat dalam diri seseorang, yang dapat mendiagnosis penyakit mental tersebut adalah seorang dokter ahli jiwa. Jika psikolog mendapati bahwa sesorang yang memiliki gejala di atas namun tidak ada alasan dan sebab akibat mengapa gejala tersebut terjadi maka dapat dikatakan bahwa pasien tersebut mengalami aboulomania dan harus mendapatkan penanganan seorang psikolog.
Pasien aboulomania rentan mengalami depresi dan kecemasan bahkan beberapa diantaranya ada yang sampai mengalami bunuh diri. Oleh karena itu, diagnosa dini dan penanganan diperlukan setelah didiagnosa. Pengobatan biasanya dengan cara terapi perilaku kognitif yang dapat mengubah perilaku penderita serta pandangan penderita.

Selasa, 09 April 2019


INSOMNIA


(Oleh Orion)



Dilansir dari laman Independent, National Sleep Fondation (NSF) menerbitkan laporan yang memperbaharui rekomendasi tidur untuk segala usia. Dalam laporan tersebut, orang dewasa muda (18-25 tahun) seharusnya memiliki jam tidur 7-9 jam per hari agar dapat dikatakan memiliki jam tidur ideal.
Namun bagaimana jika kita memiliki masalah jam tidur atau memiliki masalah kesulitan untuk tertidur? Symptom atau gejala tersebut disebut insomnia. Banyak orang dewasa muda yang hanya memiliki jam tidur 5 jam atau bahkan hanya 3 jam perhari.
Bagi insomnia yang hanya berlangsung kurang dari satu minggu biasanya disebabkan beberapa hal, seperti suara bising saat mencoba tertidur, temperatur ruangan yang tidak nyaman karena belum terbiasa, dan situasi yang membuat stres seperti saat akan menghadapi ujian atau kehilangan seseorang. Selain itu, sinar biru dari penggunaan alat elektronik seperti handphone atau komputer juga dapat mempengaruhi kinerja otak yang menyebabkan susah tidur.
Sedangkan untuk insomnia yang berlangsung lebih dari tiga minggu biasanya disebabkan oleh masalah mental seperti stres, bipolar, atau bahkan schizophrenia. Masalah emosional yang belum terselesaikan juga dapat menjadi penyebab insomnia berkepanjangan, seperti memendam kemarahan, ketakutan, kecemasan, kesedihan, depresi, stress, atau bahkan merasa kesepian. Namun yang menjadi masalah adalah bahwa penderita tidak menyadari masalah emosional apa yang menjadi penyebab insomnia mereka.
Penyebab lain yang menimbulkan insomnia adalah kafein, nikotin, dan alkohol.
Insomnia menimbulkan dampak yang negatif bagi tubuh. Secara fisik insomnia dapat menyebabkan sakit kepala, mata panda, mudah lelah, dan sistem imun tubuh yang menurun. Sedangkan secara psikologis insomnia dapat menimbulkan gangguan konsentrasi, kesulitan mengingat, stres dan reaksi berantai seperti masalah emosi menyebabkan insomnia dan insomnia menyebabkan masalah emosi yang lebih parah.
Lalu bagaimana mengatasi atau menyembuhkan insomnia?
Bagi insomnia yang disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan fisik, kita dapat menghindari atau menghentikannya melalui beberapa cara, seperti berhenti mengkonsumsi kafein, nikotin, dan alcohol, mengurangi penggunaan alat elektronik sebelum tidur, dan membuat temperatur ruangan menjadi nyaman.
Sedangkan insomnia yang disebabkan masalah emosional, kita harus mengetahui masalahnya dan mengatasinya. Seperti mengatasi kesedihan dengan menangis dan kemarahan dangan berteriak.
Melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga dan menjaga pola makan juga dapat mengatasi insomnia secara perlahan. Sebelum tidur kita juga dapat menyalakan lilin aromaterapi atau mendengarkan musik yang menenangkan seperti rileks dari Kenny G yang dapat meningkatkan hormon dopamin yang memberikan ketenangan didalam otak.
Penggunaan obat tidur seperti sedative tidak terlalu disarankan karena dapat menyebabkan ketergantungan. Apabila insomnia sudah berlangsung selama lebih dari tiga bulan lamanya ada baiknya jika kita melakukan konsultasi dengan psikolog dibandingkan mengkonsumsi obat tidur.
---

Ah, Mahasiswa


(Oleh Karang Bulan)



Malam terasa sangat sunyi dan damai. Dengan pencahayaan seadanya, ditemani suara binatang malam. Aku duduk di kursi kayu panjang bersama ayah. Sementara ibu dan adikku sudah terlelap di kamarnya. Saat itu jam dinding di rumahku menunjukkan pukul 22:02. Sudah 3 jam aku duduk bersama ayah sambil menceritakan hal apa saja yang sudah kami lewati seharian ini. Kegiatan seperti ini sudah menjadi kebiasaan bagiku dan ayah, hingga kadang kami lupa kalau malam sudah sangat larut. Rasanya menyenangkan menghabiskan malam bersama ayah. Aku selalu antusias untuk bercerita padanya. Mulai dari kegiatanku di sekolah, sampai hal-hal sederhana sepeti makanan apa yang seharian tadi kumakan. Kadang ibu suka mengomel karna kami tidur sudah sangat larut, hingga paginya aku mengantuk saat hendak pergi ke sekolah. Huh, aku tak peduli. Bagiku, berbagi cerita dengan ayah adalah kebahagiaan yang tak boleh dilewatkan.

 “Yah, nanti setelah lulus SMA aku ingin kuliah dan jadi mahasiswa. Lalu wisuda menjadi sarjana dan memiliki gelar, hebat bukan? Ah, menjadi mahasiswa pasti akan sangat menyenangkan,” ujarku bercerita.

Ayah tersenyum sambil menepuk bahuku. “Jika nanti kamu bisa kuliah, lulus dan jadi sarjana, itu adalah hal yang sangat hebat. Akan lebih hebat lagi jika sarjanamu bukan hanya sekedar gelar. Jangan cuma sarjana di atas kertas.”

“Ah, ayah. Ya tidak akan seperti itu lah, yah. Aku akan berusaha menjadi mahasiswa teladan; mengerjakan tugas dan tidak akan bolos kuliah, kok.”

“Hahaha, dasar kamu ini,” ayah tertawa mendengar penuturanku.“Bukan itu maksud ayah. Menjadi mahasiswa itu bukan hanya sekedar datang, mengerjakan tugas, dan mengikuti ujian. Nanti saat kamu menjadi seorang mahasiswa, kamu memiliki lebih besar tanggung jawab moral terhadap dirimu dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Segala hal yang kamu perbuat tidak hanya bermanfaat untuk diri kamu sendiri, tapi juga harus bermanfaat untuk lingkungan sekitar. Mahasiswa itu kumpulan orang yang memiliki moral baik, yang juga merupakan agen perubahan. Membawa perubahan ke arah yang lebih baik dengan ilmu yang dimilikinya. Namanya juga maha siswa, sudah di level paling tinggi itu. Masak setiap hari bergelut dengan ilmu pengetahuan tidak mampu melakukan perubahan sedikit pun? Jangan menjadi sarjana yang hanya mencari gelar saja. Jangan menjadi sarjana kertas!”

Diam-diam aku memikirkan perkataan ayah. Ah, mahasiswa itu sungguh hebat.

“Hei, sudahlah! Besok dilanjutkan lagi berceritanya. Sudah pukul dua pagi ini. Ayo cepat tidur!”

Tuh, kan, ibu memarahi kami lagi. Hahaha, ayah sih.
---


APA? DITOLAK LAGI?


(Abnormal)

Mengalami sebuah penolakan adalah hal yang tidak menyenangkan. Siapa pun dia pasti pernah merasakan bagaimana rasanya sebuah penolakan. Ditolak itu menyakitkan.Sudah sering kali kita merasakan penolakan. Misalnya aku yang pernah ditolak oleh SMA favorit di daerahku, ditolak oleh universitas terkemuka di daerahku serta dua kali gagal SBMPTN. Ah, dan masih banyak lagi penolakan-penolakan lainnya.

Sebuah penolakan merupakan sebuah momen yang mampu menyihirmu untuk terus diam di tempat dan tidak ingin bangkit kembali. Setiap kali menerima penolakan, aku sering bertanya pada diriku sendiri, “belajarku kurang keraskah? Apa aku kurang baik?dan lain-lain. Aku tetap bersikeras menyalahkan diriku sendiri, mencari letak kesalahan yang membuatku ditolak di mana-mana. Tapi kini, aku telah terbiasa dengan yang namanya penolakan, bahkan sudah sembuh dari sakitnya. Obatnya sederhana, aku hanya perlu tahu bagaimana cara menyikapi yang namanya penolakan tersebut.

Sebuah penolakan mampu membuat kita menjelma menjadi seorang pengecut yang takut menciptakan nasehat membangun untuk diri sendiri dan takut melakukan sebuah kesalahan lagi. Padahal, jika disikapi dengan baik, lahirnya penolakan bukan berarti kita tidak lebih baik, hanya saja kita bukanlah orang yang tepat untuk hal tersebut, kita bukanlah pemeran yang cocok untuk skenario tersebut. Adanya penolakan, membuat mental kita semakin kuat, semakin berusaha untuk terus mencoba, lagi dan lagi. Seseorang yang sukses pun bukan murni sekali mencoba dan kemudian menjadi orang sukses. Tidak! Akan tetapi, telah banyak fase yang dilaluinya terlebih dahulu, salah satunya adalah menerima risiko dan merasakan pedihnya penolakan.

Bagaimana jadinya hidup ini jika penolakan tidak pernah ada? Kawan, penolakan adalah bagian dari perjuangan. Berusahalah lebih keras, jangan buang-buang waktu dengan ribuan tetesan air mata di kamar tidur. Berhenti memikirkan mengapa kamu ditolak? Namun, bangkitlah dan pecahkan teka-teki, bagaimana caranya dirimu bisa diterima di tempat yang kamu inginkan kelak. Jangan pernah menjadikan penolakan sebagai alasan untuk menyerah. Jika tidak ada kampus negeri yang tidak menerimamu, masih ada kampus swasta yang siap menampung aspirasimu. Jika teman-temanmu menjauhimu karena kamu berubah menjadi lebih baik, masih ada teman-teman yang baik yang siap menjadi kawan terbaikmu. Berjuang kembali memang sulit apalagi setelah jatuh berkali-kali, tapi itulah eksistensi sebuah penolakan. Ia hadir hanya untuk membuatmu kuat berkali-kali meski telah jatuh ribuan kali.

Sekian!





SIAPA YANG BODOH?


(Halim Muhammad)



EPISODE 2: THE GIMMICK

Dosen mata kuliah pemasaran datang terlambat pagi itu. Katanya, ia mengurus dulu penurunan berkarton-karton barang yang akan dijadikan bahan tugas bagi semua mahasiswanya.
“Hah, tugas?” semua mahasiswa terkejut bukan main, kecuali Entis yang selalu menanggapi setiap tugas dengan main-main.
Bu guru cantik yang hobi memakai maskara dan lipstik merah muda itu juga membawa sebuah sampel dan memperlihatkannya pada mereka. Itu adalah minuman kental berwarna hijau pekat yang dikemas dalam botol plastik lonjong berdisain menarik.
“Ini adalah yoghurt berkualitas tinggi yang harus kalian jual kepada masyarakat luas di hari sabtu dan minggu. Total penjualannya akan menjad tolak ukur nilai kalian. Jadi, semakin banyak barang terjual, semakin bagus nilainya. Minuman kaya nutrisi ini terdiri dari 4 rasa. Yang hijau ini rasa melon, merah rasa stroberi, ungu rasa anggur dan putih untuk rasa original. Untuk penjualannya sendiri, ibu akan membagi kalian menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok nantinya akan disebar di tempat-tempat yang ramai dengan harapan peluang lakunya minuman ini semakin tinggi.”
Seorang mahasiswa langganan nilai A, Patricia mengangkat tangan kanannya, “itu berapa mililiter, bu?”
“Satu botol ini 300 mili liter, Patricia,” jawab si dosen cantik.
Seorang mahasiswa yang juga langganan nilai A, Fransiskus turut mengangkat tangan kanannya, “harga perbotolnya berapa, bu?”
“Sebenarnya ini harga aslinya 35.000. Tapi khusus untuk saat ini, kalian bisa menjualnya seharga 20.000 saja perbotol. Murah, kan?”
Semua mahasiswa menganga mulutnya, kecuali Entis yang saat itu tengah mengunyah permen karet.
Gils, mahal banget! Siapa yang mau beli? Mereka sedikit berkeluh dalam hati, tidak berani mengungkapkan pada sang dosen karena takut nilainya dikurangi.
Hari sabtu pun tiba. Entis dan ketiga temannya bisa dibilang cukup beruntung karena mendapat spot yang sangat ramai, alun-alun kota. Tapi setelah menunggu berjam-jam, tidak ada satu pun minuman yang terjual. Padahal beragam cara sudah dilakukan. Dari mulai berkeliling sampai mengagetkan beberapa pasangan muda yang sedang bermesraan di keramaian.
“Kakak boleh minta waktunya sebentar?” tanya salah satu teman Entis pada seorang ibu-ibu yang kemudian berjalan cepat dan tak meghiraukannya. Mungkin ibu tersebut marah karena dipanggil kakak.
BTW kakak suka  rasa apa, ya? Di sini kami punya 4 rasa yang tentunya enak, menyegarkan dan menyehatkan,” bujuk anggota kelompok lainnya pada seorang pemuda tampan yang berakhir pada penolakan mentah-mentah.
“Ini tuh kalau saya jual di tempat lain harganya 35.000, loh. Tapi buat kakak, saya kasih diskon deh jadi 20.000. Gimana?” bujuk anggota satunya lagi yang malah terkesan mengada-ada di mata si calon konsumen.
Sementara itu, Entis hanya duduk-duduk santai di pinggiran taman sambil memperhatikan ketiga temannya yang masih berusaha menawarkan produk tersebut. Menurutnya, semua strategi yang dijalankan ketiga temannya adalah tindakan bodoh yang sama sekali tidak akan menarik perhatian konsumen. Apa yang mereka lakukan hanya membuat kaget dan membuat risih orang-orang yang ditawarinya. Tapi dia sendiri sebenarnya tidak mengetahui strategi yang tepat untuk memecahkan permasalahan tersebut. Selain harga produk yang mahal, konsumen pasti berhati-hati memilih produk. Walaupun produk tersebut sudah memiliki nomor PIRT dan dikemas dalam botol yang menarik, jika belum terkenal, tetap saja masyarakat tidak akan yakin.
Melihat Entis yang dari tadi diam saja dan kadang mengoceh karena merasa kalau strategi yang dijalankan mereka adalah tindakan sia-sia, ketiga temannya lalu marah dan menantang Entis untuk menawarkan produk-produk yang dari tadi belum terjual satu pun itu di hari berikutnya. Karena gengsi, Entis pun menerima tantangan tersebut dengan wajah sangat yakin padahal sebenarnya sangat lain.
Semalaman Entis mengurung diri di kamar indekosnya yang lumayan sempit, membaca satu-satunya buku terkait strategi pemasaran yang ia punya untuk mendapat pencerahan. Tapi sayang, semuanya tidak membantu. Entis pun mengambil ponselnya dan memutuskan untuk mencari referensi lain di YouTube. Setidaknya, dengan bantuan audio visual, ia akan lebih mampu melihat dan menganalisis lapangan, lalu menemukan strategi pemasaran yang tepat untuk tugas kali ini.
Di tengah tontonannya, tiba-tiba Entis tertarik pada sebuah video ajang pencarian bakat yang kerap tayang di televisi seminggu sekali. Ia pun menonton video tersebut dan video-video lainnya yang masih berkaitan. Di salah satu video, ia menyaksikan penampilan 2 orang penyanyi yang tengah berduel di panggung yang sama. Penyanyi yang tampil pertama adalah seorang pria dengan suara serak-serak basah yang indah dan memiliki aksi panggung yang sangat memukau, sudah seperti penyanyi kondang. Penonton pun bersorak dan bertepuk tangan untuknya. Sedang penampil kedua merupakan seorang wanita cantik yang menurut Entis suaranya lumayan bagus, tapi terlalu pasaran. Aksi panggung dan penghayatannya juga biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa. Setelah menyanyi dan mendapat banyak tepuk tangan, entah mengapa si pembawa acara tiba-tiba bertanya perihal perjuangan si gadis untuk sampai di panggung tersebut. Tanpa basa-basi, si gadis pun menceritakan jatuh bangun hidupnya. Ia bilang bahwa ayahnya sudah meninggal dan sekarang hanya tinggal dengan sang ibu yang hanya bekerja serabutan. Dengan penuh emosi dan air mata, ia juga menceritakan perjuangan panjang dan penuh tantangan untuk bisa sampai di ibu kota, mengikuti ajang tersebut. Semua yang dikisahkan si gadis cantik berhasil membuat juri berkaca-kaca. Beberapa penonton bahkan menangis, terbawa suasana atau mungkin pernah merasakan kepedihan yang sama. Entahlah.
Beberapa saat kemudian, juri pun mengundang peserta pertama untuk bergabung ke atas panggung. Lalu dengan diiringi musik khas yang mengundang rasa penasaran, salah satu juri mulai bersuara dan mengatakan bahwa yang masuk ke babak berikutnya adalah si penampil kedua. Ya, gadis cantik yang penampilannya biasa-biasa saja itu berhasil mengalahkan lawan duelnya yang menurut Entis penampilannya jauh lebih bagus. Kekecewaan pun tergambar pada wajah beberapa penonton yang kebetulan sempat terekam kamera.
“Benar-benar tidak adil!” ujarnya dalam hati. Tapi ketidakadilan tersebut sama sekali tidak membuat Entis geram dan mengucapkan sumpah-serapah yang amoral. Ia malah tersenyum, lalu senyuman tersebut berubah menjadi gelakkan tawa penuh keriangan.
Hari Senin ketika jam mata kuliah pemasaran tiba, dosen cantik dan semua mahasiswa di kelas tersebut dibuat heran dengan kelompok Entis. Pasalnya, kelompok tersebut adalah satu-satunya kelompok yang berhasil menjual seluruh produknya. Jangankan mereka, ketiga teman sekelompok Entis juga dibuat planga-plongo karena tidak percaya jika Entis berhasil menjual 2 lusin produk tersebut hanya adalam 1 hari saja. Mereka lalu penasaran dengan strategi yang digunakan Entis. Pasalnya, semua strategi yang mereka pelajari selama mengikuti kelas pemasaran tak ada satupun yang bisa diterapkan.
“Caranya mudah banget, kok. Cuma butuh papan tulis kecil aja,” jawab Entis tanpa beban yang semakin membuat teman-temannya penasaran. “Tinggal berdandan sedikit lusuh, pakai jas almamater kampus, pasang muka murung, terus duduk sambil pegang perut. Udah!” imbuhnya.
“Terus papan tulisnya di apain?”
“Ya, ditulisin terus diberdiriin di pinggir kita.”
“Ditulisin apa?”
“Bantu saya membayar uang kuliah dan mewujudkan cita-cita saya, kak.”
Semua yang mendengar spontan mengernyitkan dahi sambil saling melirik satu sama lain, kebingungan. Sedang Entis hanya tersenyum-senyum sendiri karena merasa telah menjadi mahasiswa paling pintar di mata kuliah pemasaran.

***