Selasa, 09 April 2019


Ah, Mahasiswa


(Oleh Karang Bulan)



Malam terasa sangat sunyi dan damai. Dengan pencahayaan seadanya, ditemani suara binatang malam. Aku duduk di kursi kayu panjang bersama ayah. Sementara ibu dan adikku sudah terlelap di kamarnya. Saat itu jam dinding di rumahku menunjukkan pukul 22:02. Sudah 3 jam aku duduk bersama ayah sambil menceritakan hal apa saja yang sudah kami lewati seharian ini. Kegiatan seperti ini sudah menjadi kebiasaan bagiku dan ayah, hingga kadang kami lupa kalau malam sudah sangat larut. Rasanya menyenangkan menghabiskan malam bersama ayah. Aku selalu antusias untuk bercerita padanya. Mulai dari kegiatanku di sekolah, sampai hal-hal sederhana sepeti makanan apa yang seharian tadi kumakan. Kadang ibu suka mengomel karna kami tidur sudah sangat larut, hingga paginya aku mengantuk saat hendak pergi ke sekolah. Huh, aku tak peduli. Bagiku, berbagi cerita dengan ayah adalah kebahagiaan yang tak boleh dilewatkan.

 “Yah, nanti setelah lulus SMA aku ingin kuliah dan jadi mahasiswa. Lalu wisuda menjadi sarjana dan memiliki gelar, hebat bukan? Ah, menjadi mahasiswa pasti akan sangat menyenangkan,” ujarku bercerita.

Ayah tersenyum sambil menepuk bahuku. “Jika nanti kamu bisa kuliah, lulus dan jadi sarjana, itu adalah hal yang sangat hebat. Akan lebih hebat lagi jika sarjanamu bukan hanya sekedar gelar. Jangan cuma sarjana di atas kertas.”

“Ah, ayah. Ya tidak akan seperti itu lah, yah. Aku akan berusaha menjadi mahasiswa teladan; mengerjakan tugas dan tidak akan bolos kuliah, kok.”

“Hahaha, dasar kamu ini,” ayah tertawa mendengar penuturanku.“Bukan itu maksud ayah. Menjadi mahasiswa itu bukan hanya sekedar datang, mengerjakan tugas, dan mengikuti ujian. Nanti saat kamu menjadi seorang mahasiswa, kamu memiliki lebih besar tanggung jawab moral terhadap dirimu dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Segala hal yang kamu perbuat tidak hanya bermanfaat untuk diri kamu sendiri, tapi juga harus bermanfaat untuk lingkungan sekitar. Mahasiswa itu kumpulan orang yang memiliki moral baik, yang juga merupakan agen perubahan. Membawa perubahan ke arah yang lebih baik dengan ilmu yang dimilikinya. Namanya juga maha siswa, sudah di level paling tinggi itu. Masak setiap hari bergelut dengan ilmu pengetahuan tidak mampu melakukan perubahan sedikit pun? Jangan menjadi sarjana yang hanya mencari gelar saja. Jangan menjadi sarjana kertas!”

Diam-diam aku memikirkan perkataan ayah. Ah, mahasiswa itu sungguh hebat.

“Hei, sudahlah! Besok dilanjutkan lagi berceritanya. Sudah pukul dua pagi ini. Ayo cepat tidur!”

Tuh, kan, ibu memarahi kami lagi. Hahaha, ayah sih.
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar