Ah, Mahasiswa
(Oleh Karang Bulan)
Malam terasa
sangat sunyi dan damai. Dengan pencahayaan seadanya, ditemani suara binatang
malam. Aku duduk di kursi kayu panjang bersama ayah. Sementara ibu dan adikku
sudah terlelap di kamarnya. Saat itu jam dinding di rumahku menunjukkan pukul
22:02. Sudah 3 jam aku duduk bersama ayah sambil menceritakan hal apa saja yang
sudah kami lewati seharian ini. Kegiatan seperti ini sudah menjadi kebiasaan
bagiku dan ayah, hingga kadang kami lupa kalau malam sudah sangat larut. Rasanya
menyenangkan menghabiskan malam bersama ayah. Aku selalu antusias untuk
bercerita padanya. Mulai dari kegiatanku di sekolah, sampai hal-hal sederhana
sepeti makanan apa yang seharian tadi kumakan. Kadang ibu suka mengomel karna
kami tidur sudah sangat larut, hingga paginya aku mengantuk saat hendak pergi
ke sekolah. Huh, aku tak peduli. Bagiku, berbagi cerita dengan ayah adalah
kebahagiaan yang tak boleh dilewatkan.
“Yah, nanti setelah lulus SMA aku ingin kuliah
dan jadi mahasiswa. Lalu wisuda menjadi sarjana dan memiliki gelar, hebat bukan?
Ah, menjadi mahasiswa pasti akan sangat menyenangkan,” ujarku bercerita.
Ayah
tersenyum sambil menepuk bahuku. “Jika nanti kamu bisa kuliah, lulus dan jadi
sarjana, itu adalah hal yang sangat hebat. Akan lebih hebat lagi jika sarjanamu
bukan hanya sekedar gelar. Jangan cuma sarjana di atas kertas.”
“Ah,
ayah. Ya tidak akan seperti itu lah, yah. Aku akan berusaha menjadi mahasiswa
teladan; mengerjakan tugas dan tidak akan bolos kuliah, kok.”
“Hahaha,
dasar kamu ini,” ayah tertawa mendengar penuturanku.“Bukan itu maksud ayah. Menjadi
mahasiswa itu bukan hanya sekedar datang, mengerjakan tugas, dan mengikuti
ujian. Nanti saat kamu menjadi seorang mahasiswa, kamu memiliki lebih besar
tanggung jawab moral terhadap dirimu dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat.
Segala hal yang kamu perbuat tidak hanya bermanfaat untuk diri kamu sendiri, tapi
juga harus bermanfaat untuk lingkungan sekitar. Mahasiswa itu kumpulan orang
yang memiliki moral baik, yang juga merupakan agen perubahan. Membawa perubahan
ke arah yang lebih baik dengan ilmu yang dimilikinya. Namanya juga maha siswa, sudah di level paling tinggi
itu. Masak setiap hari bergelut dengan ilmu pengetahuan tidak mampu melakukan
perubahan sedikit pun? Jangan menjadi sarjana yang hanya mencari gelar saja.
Jangan menjadi sarjana kertas!”
Diam-diam
aku memikirkan perkataan ayah. Ah, mahasiswa itu sungguh hebat.
“Hei,
sudahlah! Besok dilanjutkan lagi berceritanya. Sudah pukul dua pagi ini. Ayo
cepat tidur!”
Tuh, kan,
ibu memarahi kami lagi. Hahaha, ayah sih.
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar