Mengenal Duck Syndrome
(Oleh Orion)
Unsur rohani atau kejiwaan manusia
merupakan hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan. Berkembangnya zaman
dan teknologi turut membawa risiko gangguan psikologi yang lebih tinggi karena
tekanan yang diterima generasi muda sekarang lebih besar dibanding generasi
sebelumnya.
Duck
syndrome merupakan analogi yang pertama kali
digunakan di Stanford University setelah melihat fenomena bebek berenang.
Ketika bebek berenang, hanya bagian atas tubuhnya yang terlihat sangat tenang,
sedangkan bagian kakinya bergerak-gerak dibawah air. Kondisi bebek berenang
tersebut terlihat sama dengan orang-orang yang mengalami gangguan kecemasan
namun pemanpilan luarnya terlihat tenang. Oleh karena itu, duck syndrome digunakan untuk mendeskripsikan orang-orang yang
tampak tenang meskipun sebenarnya mengalami gangguan kecemasan berat.
Orang yang mengalami duck syndrome sulit untuk dideteksi. Gangguan
ini biasanya muncul saat orang mulai beranjak dewasa. Ada banyak pelajar yang
terlihat tenang dan calm diluar
padahal mereka tengah merasakan stres berat. Masalah utama yang dialami para
pelajar dengan duck syndrome adalah
krisis jati diri. Pada saat beranjak dewasa banyak sekali tekanan yang
didapatkan dari lingkungan, jenjang pendidikan, dan karir. Mereka akan merasa kesulitan
mencari jati diri di tengah tuntutan permasalahan yang beragam. Walaupun merasa
berat menjalani hari-hari, orang tersebut akan tetap berusaha terlihat
baik-baik saja di hadapan orang lain. Padahal, sebenarnya kondisi psikologis
orang tersebut sedang tidak baik atau tengah dilanda stres dan kecemasan
berlebih.
Selain
itu, duck syndrome dapat ditimbulkan
oleh media sosial. Konten-konten media sosial yang mewah dan serba istimewa
membuat banyak orang merasa minder. Mereka selalu merasa tidak kaya, tidak
populer, dan tidak memiliki sesuatu untuk dibanggakan. Kecemasan terhadap
pencapaian diri sendiri akhirnya membuahkan perasaan rendah diri. Perasaan
rendah diri tersebut memang tidak ditunjukkan secara jelas. Namun, efek
sampingnya dapat mempengaruhi keseimbangan psikologis si penderita.
Orang-orang yang mengalami duck syndrome memiliki mental fake it till you make it. Namun, apa
akibatnya?
Membuktikan
bahwa anda dapat melakukan semuanya merupakan kondisi buruk yang timbul akibat harapan
yang tidak dapat dicapai dan tidak sehat bagi remaja di segala usia. Biasanya,
sekolah menengah adalah tempat di mana sindrom ini di mulai. Banyak penderita duck syndrome di perguruan tinggi yang
merupakan big fish in a small pond di
sekolah menengah mereka.
Banyak
siswa sekolah menengah begadang sampai larut malam mengerjakan pekerjaan rumah,
selalu menginginkan nilai A, masuk beberapa ekstra kulikuler, dan berharap
untuk bermain di setiap akhir pekan. Semua hal tesebut dapat
menyebabkan kecemasan, depresi, dan kebiasaan yang tidak sehat.
Ketika
mereka sampai di perguruan tinggi, menjadi big
fish tidak lagi mudah. Taruhannya semakin tinggi. Selama kuliah, kelas biasanya
lebih sulit, dengan lebih banyak pekerjaan rumah, makalah, dan tes. Jika mereka
melihat teman-teman sebaya mereka keluar larut malam dan masih mendapatkan
nilai yang bagus, mereka merasakan tekanan untuk mencapai hal yang sama dan
bersaing dengan siswa terbaik dalam popularitas dan kesempurnaan.
Di samping itu,
mereka gagal untuk menyadari bahwa mereka semua mungkin adalah korban dari
sindrom yang sama dan bahwa siklus tersebut tidak pernah berakhir.
Orang-orang
yang sedang mengalami duck syndrome sebaiknya mulai membuka diri terhadap keberadaan orang lain. Tak ada
salahnya menceritakan kegelisahan yang sedang dialami kepada sahabat, pasangan,
keluarga, atau orang-orang terdekat lainnya. Sehingga beban batin pun akan
berkurang dan menciptakan kelegaan. Di samping itu, juga ampuh untuk
meminimalkan pengaruh buruk media sosial.
Berhentilah
membandingkan diri sendiri dengan kehidupan orang lain di media sosial. Dengan
demikian, rasa bahagia dan kepuasan terhadap diri sendiri akan meningkat, dengan
menyadari bahwa menetapkan batas bagi diri sendiri bukan berarti kegagalan. Itu
berarti, kehidupan yang sehat dan bahagia dengan tujuan yang realistis dan
dapat dicapai.
Jangan
sampai kamu menjadi salah satu yang mengalami duck syndrome dengan berbagai dampak
buruknya. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki anugerah dan kelebihannya
masing-masing. Karena kamu adalah pribadi unik yang berbeda dengan semua orang.
---
Sepertinya aku, duck syndrom deh. Duuhh
BalasHapus