Selasa, 12 Maret 2024

INTERNATIONAL WOMEN’S DAY “MOAL AYA HASEP LAMUN EWEH SEUNEU WANOJA NGALAWAN”

INTERNATIONAL WOMEN’S DAY “MOAL AYA HASEP LAMUN EWEH SEUNEU WANOJA NGALAWAN” 

Happy International Women's Day. (Foto: Tim redaksi)

Tim Redaksi - Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day (IWD) diperingati setiap tahun pada tanggal 8 Maret. Pada tahun 2024, peringatan ini dimulai pukul 08.30 WIB dengan long march dari Cikapayang, Telkomsel, Kantor DPRD Kota Bandung menuju Gedung Sate Kota Bandung. Aliansi Perempuan Kota Bandung mengambil bagian dalam peringatan ini melalui berbagai cara, mulai dari memblokade jalan, orasi, puisi, musik, hingga membentangkan selebaran propaganda.

Adanya peringatan IWD ini merupakan waktu yang tepat untuk merayakan pencapaian perempuan dalam berbagai bidang. Ini adalah kesempatan untuk menghargai peran dan kontribusi perempuan dalam masyarakat, politik, ekonomi, budaya, dan lainnya.

Pada hari ini, kita dapat mengenang perjuangan perempuan yang telah membuka jalan bagi kemajuan dan kesetaraan. Hal ini juga menjadi ajakan bagi kita semua untuk terus mendukung perempuan dan memastikan bahwa hak-hak mereka dihormati dan diakui sepenuhnya.

Peringatan IWD di Bandung "Moal Aya Hasep Lamun Eweh Seuneu
Wanoja Ngalawan". (Foto : Tim Redaksi) 


IWD yang diperingati tahun ini, khususnya yang dilakukan di Bandung, memiliki tema "Moal Aya Hasep Lamun Eweh Seuneu Wanoja Ngalawan", yang dalam bahasa Indonesia berarti "Tidak Akan Ada Asap Kalau Tidak Ada Api Perempuan Melawan". Menurut salah satu aktivis, tema tersebut dipilih karena mencerminkan bagaimana perempuan sering kali dianggap baik-baik saja, padahal masih banyak perempuan yang mengalami penindasan di berbagai sektor. Hari ini merupakan momentum untuk mengingat dan berefleksi bahwa perempuan berjuang melawan ketidakadilan yang masih terjadi hingga saat ini.

Menurut situs resmi IWD, peringatan International Women's Day (IWD) memiliki sejarah yang berakar dari penindasan yang dialami oleh kaum perempuan. Pada abad ke-20, perempuan di berbagai negara mulai bangkit dan bersuara untuk menyuarakan perubahan. Mereka berjuang demi mencapai kesetaraan gender, dan keadilan bagi semua individu.

Dengan tekad dan semangat, perempuan-perempuan pada tahun 1900-an menjadi pionir dalam pergerakan menuju masyarakat yang lebih inklusif dan adil. Sejarah ini menjadi sumber inspirasi bagi kita semua untuk terus melangkah maju dalam memperjuangkan kesetaraan dan menghapus segala bentuk diskriminasi.

Sebagai pengingat dan refleksi akan ketidakadilan gender dan kaum yang termarjinalkan, Aliansi Simpulpuan yang merupakan gabungan dari berbagai aliansi dan organisasi berkumpul di depan Gedung Sate, Kota Bandung, untuk merayakan International Women's Day (IWD). Aksi ini merupakan wujud nyata dari kepedulian dan solidaritas mereka dalam memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi semua individu, tanpa memandang gender atau latar belakang.

Peringatan International Women's Day (IWD) bukanlah semata-mata untuk perempuan saja, melainkan merupakan perayaan kolektif yang melibatkan semua pihak yang berkomitmen untuk mendorong kesetaraan perempuan. IWD tidak mengenal batasan negara, kota, kelompok, atau organisasi tertentu. Dalam ruang IWD, para aliansi perempuan berharap dapat saling berbagi cerita dan pengalaman, sebagai bentuk solidaritas dalam menghadapi penindasan yang masih terjadi terhadap perempuan di berbagai aspek kehidupan, meskipun dalam bentuk yang berbeda-beda.

Pada IWD 2024, ada 45 tuntutan yang diajukan. Menurut salah satu aktivis perempuan, Kak Nida, "Kenapa tuntutan ini bisa banyak? Karena kondisi perempuan hari ini tidak semakin baik, bahwa perempuan masih mengalami ketidakadilan." Aliansi Perempuan Kota Bandung membagi tuntutan ini ke dalam 6 sektor, yaitu kekerasan berbasis gender, kesejahteraan buruh dan kedaulatan pangan, diskriminasi minoritas, minoritas gender, disabilitas, minoritas agama dan kepercayaan, kondisi demokrasi, pembungkaman, dan perlindungan untuk para pejuang Hak Asasi Manusia (HAM), isu pendidikan, dan isu penggusuran.

Kak Nida, sebagai seorang aktivis perempuan, merasa senang dengan adanya keragaman latar belakang yang mungkin sebelumnya tidak terdengar. Suara-suara ini mungkin telah terpendam dan dianggap sebagai isu sektoral belaka. Contohnya adalah isu minoritas yang sering kali dianggap hanya terkait dengan LGBT, namun sekarang saling bertukar dan menjadi wadah ekspresi. Kak Nida berharap agar kita dapat melihat bahwa isu ini lebih luas daripada sekadar kekerasan seksual. Karena ternyata penindasan yang disebabkan oleh patriarki juga memiliki dampak yang luas, bahkan melibatkan setiap aspek kehidupan manusia, bukan hanya perempuan.***

Aksi peringatan IWD di Bandung 2024 (Foto : Tim Redaksi)

Aksi peringatan IWD di Bandung 2024 (Foto : Tim Redaksi)

Aksi peringatan IWD di Bandung 2024 (Foto : Tim Redaksi)

Aksi peringatan IWD di Bandung 2024 (Foto : Tim Redaksi)

Penulis : Bagus Sona Maulana

Editor   : UKM Tim Redaksi IWU

Pict sc  : UKM Tim Redaksi IWU


Tidak ada komentar:

Posting Komentar